Pengangguran friksional adalah salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia, terutama di kalangan buruh muda. Istilah ini merujuk pada kondisi di mana seseorang mengalami masa transisi antara pekerjaan lama dan pekerjaan baru. Dalam konteks ini, buruh muda seringkali mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran friksional di Indonesia cukup tinggi, terutama di kalangan buruh muda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh buruh muda dengan tuntutan pasar kerja, serta minimnya informasi tentang peluang kerja yang tersedia.
Salah satu contoh dari pengangguran friksional adalah kisah Yuni, seorang mahasiswa yang baru lulus dan kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya. Menurut Yuni, “Saya merasa frustasi karena sudah mengirim banyak surat lamaran namun belum mendapatkan tanggapan positif dari perusahaan-perusahaan tempat saya melamar. Rasanya seperti terjebak di dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.”
Menurut Anwar Sanusi, seorang pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, pengangguran friksional tidak hanya merugikan individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan. “Pengangguran friksional dapat menyebabkan terjadinya mismatch antara penawaran dan permintaan tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Untuk mengatasi masalah pengangguran friksional di kalangan buruh muda, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan stakeholder terkait. Menurut Bambang Suryadi, Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, “Pemerintah perlu memberikan pelatihan dan pendampingan kepada buruh muda agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan daya saingnya di pasar kerja.”
Dengan adanya perhatian dan upaya bersama dari berbagai pihak, diharapkan tingkat pengangguran friksional di kalangan buruh muda di Indonesia dapat diminimalkan, sehingga mereka dapat lebih mudah menemukan pekerjaan yang sesuai dengan potensi dan minat mereka.