Mengapa pengangguran terbuka masih menjadi masalah yang serius? Pertanyaan ini mungkin sering muncul di benak kita ketika melihat data statistik yang menunjukkan angka pengangguran yang masih tinggi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2021 mencapai 7,25 juta orang, naik dari 7,10 juta orang pada Agustus 2020. Angka ini tentu saja masih menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat secara umum.
Salah satu faktor utama yang menjadi penyebab mengapa pengangguran terbuka masih menjadi masalah yang serius adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat. Menurut ekonom senior Bank Dunia, Thomas Rumbaugh, “pertumbuhan ekonomi yang lambat dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan enggan untuk merekrut lebih banyak karyawan, sehingga meningkatkan angka pengangguran terbuka.” Hal ini juga didukung oleh penelitian dari Universitas Indonesia yang menyebutkan bahwa “pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dapat menyebabkan ketimpangan dalam distribusi lapangan kerja, sehingga memperparah masalah pengangguran terbuka.”
Selain faktor pertumbuhan ekonomi, rendahnya kualifikasi tenaga kerja juga menjadi salah satu faktor yang turut menyumbang tingginya angka pengangguran terbuka. Menurut Direktur Eksekutif Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Rainer Heufers, “kurangnya kualifikasi tenaga kerja dapat membuat sulitnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar kerja yang terus berubah.” Hal ini juga diperkuat oleh data BPS yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengangguran terbuka di Indonesia adalah lulusan SMA atau di bawahnya.
Selain itu, adanya kesenjangan antara jumlah lulusan dan kebutuhan pasar kerja juga turut menjadi faktor penyebab mengapa pengangguran terbuka masih menjadi masalah yang serius. Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, “ada kecenderungan bahwa jumlah lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan kebutuhan pasar kerja, sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran terbuka di Indonesia.” Hal ini juga diperkuat oleh data BPS yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengangguran terbuka di Indonesia adalah lulusan perguruan tinggi.
Dalam mengatasi masalah pengangguran terbuka yang masih menjadi serius ini, tentu diperlukan kerjasama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat secara luas. Rainer Heufers menyarankan agar pemerintah fokus pada peningkatan kualifikasi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, perlu juga adanya kerjasama antara perguruan tinggi dengan dunia usaha untuk menciptakan program magang dan kerja sama industri yang dapat meningkatkan kualifikasi tenaga kerja.
Dengan kesadaran akan faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa pengangguran terbuka masih menjadi masalah yang serius, diharapkan akan mendorong langkah-langkah konkret dan sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini secara bersama-sama. Sehingga, angka pengangguran terbuka di Indonesia dapat terus menurun dan memberikan kesempatan kerja yang lebih luas bagi masyarakat.