Pengangguran friksional menjadi salah satu masalah yang masih dihadapi oleh Indonesia. Istilah ini merujuk pada jenis pengangguran yang terjadi akibat adanya kesenjangan informasi antara pelamar kerja dengan perusahaan yang membuka lowongan. Hal ini membuat para pencari kerja harus melalui proses yang cukup panjang untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran friksional di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini tentu menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan seluruh stakeholder terkait. Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, “Pengangguran friksional memang masih menjadi permasalahan yang perlu diselesaikan. Kita perlu mencari solusi yang tepat untuk menekan tingkat pengangguran friksional di Indonesia.”
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan akses informasi terkait lowongan pekerjaan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai platform online maupun offline. Menurut pakar ekonomi, Prof. Dr. Rizal Ramli, “Peningkatan akses informasi akan membantu para pencari kerja untuk lebih mudah menemukan lowongan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.”
Selain itu, pelatihan dan pendidikan juga menjadi faktor penting dalam menekan tingkat pengangguran friksional. Dengan memiliki kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, para pencari kerja akan lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, “Pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja akan membantu mengurangi tingkat pengangguran friksional di Indonesia.”
Dengan adanya kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan, diharapkan tingkat pengangguran friksional di Indonesia dapat ditekan secara signifikan. Seluruh pihak perlu bekerja sama untuk menciptakan solusi yang efektif guna mengatasi masalah ini. Seperti yang diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo, “Kita harus bersama-sama mencari solusi untuk menekan tingkat pengangguran friksional di Indonesia demi menciptakan ketenagakerjaan yang lebih baik.”